Satgas Jogo Tonggo RW VIII Kemirirejo Kuatkan Mental dan Psikologi Warga di Tengah Pandemi

Satgas Jogo Tonggo RW VIII Kemirirejo Kuatkan Mental dan Psikologi Warga di Tengah Pandemi

MAGELANGEKSPRES.COM,KOTA Magelang menjadi salah satu daerah di Jawa Tengah yang memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) hingga 8 Februari 2021. Hingga 27 Januari 2021, tercatat jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 mencapai 1.708 kasus. Namun demikian, angka kesembuhannya juga tinggi mencapai 1.414 kasus. Sedangkan angka kematian sebanyak 80 kasus atau 4,68 persen. Upaya untuk pencegahan terus diupayakan Pemkot Magelang beserta warga setempat. Masyarakat secara aktif berperan lewat program Jogo Tonggo. Seperti yang dilakukan warga RW VIII Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah. Selain sebagai kader sosialisasi penekanan protokol kesehatan 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun) Satgas Jogo Tonggo juga didesain khusus untuk memberikan sikap kepedulian dan pembangkitan mental para penyintas. Sebab, sejak adanya pandemi, para penyintas Covid-19 sering mendapat pandangan negatif dari masyarakat. Ketua Satgas Jogo Tonggo RW VIII Kelurahan Kemirirejo, Tartib Karyadi mengatakan, tugas Satgas bukan sekadar melakukan penanganan secara fisik, namun juga menguatkan mental atau psikologi. ”Tidak sedikit warga yang terkena (tertular Covid-19) mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Untuk itu, kita maksimalkan Satgas Jogo Tonggo juga dalam rangka penguatan mental dan psikis keluarga penyintas. Dengan harapan, setelah mendapat pemahaman tidak ada lagi pengucilan dan warga yang sedang menjalani isolasi mandiri bisa optimal,” kata Tartib, saat ditemui, Rabu (27/1). Baca juga Jembatan Penghubung Bumirejo-Paremono Putus, Warga harus Memutar 5 Km Ia menjelaskan, mental yang kuat bagi warga apalagi penyintas Covid-19 dan keluarganya, menjadi pondasi penting untuk melawan virus itu sendiri. Sebab dengan itu, dapat membangun imun tubuh sehingga tidak mudah tertular virus. ”Covid-19 bukan aib. Kita bangun kesadaran itu dari awal. Covid-19 adalah penyakit yang bisa sembuh, tapi juga tidak boleh diabaikan. Warga kami tidak ada yang sampai mengucilkan pasien dan keluarga, justru kami saling gotong-royong membantu kebutuhan mereka,” ungkap Tartib. Bahkan, pihaknya terbuka soal data pasien positif Covid-19 dan keluarganya supaya masyarakat tahu. Dengan demikian penyebaran virus bisa diantisipasi lebih dini, penanganannya juga lebih cepat dan tepat sasaran. Kesadaran ini sudah tertanam jauh sebelum ditemukan kasus positif Covid-19 di kelurahan tersebut. Ketika muncul kasus, warga bersama Satgas Jogo Tonggo sudah sigap menangani, seperti membantu petugas Dinas Kesehatan melakukan tracing, mengantar keluarga atau kontak erat pasien ke rumah sakit, termasuk edukasi kepada warga lainnya. ”Kami antar sendiri kontak erat yang mau swab test, ada beberapa warga yang sukarela meminjamkan angkot (angkutan kota) dipakai untuk itu. Kami dampingi mereka sampai tuntas. Tujuannya agar mereka merasa diperhatikan, hati senang, tidak dikucilkan,” katanya. Kondisi psikologi warga memang diperhatikan betul oleh Satgas Jogo Tonggo. Ini terlihat dengan adanya taman bermain (playground) tidak jauh dari posko. Meski kecil dan sederhana tapi taman ini menjadi salah satu area favorit anak-anak di sela menjalani sekolah jarak jauh (daring). Di area ini pula, setiap minggu ada kegiatan senam bersama kaum ibu dan lansia. ”Sebelumnya memang sudah ada taman, tapi kita tata lagi sehingga lebih menarik. Tidak hanya di area bermain tapi jalan kampung dan beberapa taman juga kami perbaiki. Supaya warga merasa nyaman, terhibur, aman, karena sejak pandemi sebagian besar warga hanya di dalam rumah,” tutur Tartib. Tartib menegaskan seluruh kegiatan wajib menerapkan protokol kesehatan ketat. Spanduk maupun banner tentang protokol kesehatan dipasang di sejumlah titik strategis di kampung ini. ”Harapannya sosialisasi 3M dan protokol kesehatan akan tertanam dalam hati masing-masing warga di sini,” ujarnya. Tartib mengatakan, kearifan lokal penanganan Covid-19 bisa dilakukan dengan memberlakukan kegotong-royongan. Di RW VIII Kelurahan Kemirirejo, budaya gotong-royong masih sangat aktif. Strategi ini dinilai sangat tepat, karena mampu menguatkan satu sama lain, sehingga terhindar dari virus berbahaya itu. ”Bank Sampah di RW VIII sudah diubah menjadi Posko Jogo Tonggo. Di posko ini menjadi pusat kegiatan percepatan penanganan dan koordinasi, pusat pelayanan penyemprotan disinfektan, dan penyediaan antiseptik, serta dapur umum,” jelasnya. Di tempat itu pula dijadikan pusat koordinasi dan pemantauan penyaluran bantuan stimulan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah maupun lembaga lain bagi warga terdampak pandemi Covid-19 dari segi ekonomi. ”Di posko ini juga sebagai tempat penyediaan bantuan warga khususnya bagi warga yang isolasi mandiri, yakni berupa sembako, sayuran, lauk, buah-buahan, susu, elpiji, kebutuhan ibu dan bayi dan sebagainya,” sebut Tartib. RW VIII meliputi 5 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah 198 Kepala Keluarga (KK), dan 593 jiwa. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah pekerja swasta menengah ke bawah, buruh tidak tetap, pedagang, dan pengusaha mikro. Berkat keaktifan, inovatif, kreatif dan didukung dengan pengelolaan organisasi yang baik dalam penanganan Covid-19, Satgas Jogo Tonggo RW VIII Kelurahan Kemirirejo menjadi Satgas percontohan oleh Polres Magelang Kota. Bahkan mewakili Kota Magelang dalam kompetisi Jogo Tonggo tingkat Polda Jawa Tengah. (prokompim/kotamgl)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: